doa cinta

Hati Yesusku yang manis, biarkan aku mencintaimu lebih!;
O Yesus cinta, aku tidak pernah tersinggung!.
Ini adalah beberapa doa-doa penuh cinta, yang selama berabad-abad telah banyak diabdikan dan dituturkan oleh umat Katolik untuk menghormati Hati Kudus Yesus. Puisi sederhana yang mengungkapkan rasa syukur atas kasih yang tak terbatas dari Yesus bagi umat manusia. Pada saat yang bersamaan termuat keinginan dari banyak jiwa-jiwa yang berkobar akan kasih Kristus untuk membalasnya (bdk. Mat 11:25-30).
Kepada Hati Kudus Yesus, Gereja Katolik membuat kultus "latria"
(hanya menyembah Allah, Yesus Kristus, Ekaristi), dimaksudkan untuk
memahami bahwa pertama, Hati Yesus Kristus, yang merupakan salah satu
bagian tubuh yang melambangkan kemanusiaan Yesus, dan demi kesatuan
intim dengan yang ilahi, maka patut untuk disembah dan kedua, kasih
Juruselamat bagi umat manusia, dilambangkan dengan hatinya.
Setiap dari kita perlu mendengarkan bukan hanya detak jantung, tapi
lebih dalam lagi denyutan dari kehadiran yang dapat dipercaya, kehadiran
Kristus di jantung dunia…, melalui refleksi yang mendalam ini Paus
Benediktus XVI mengingatkan kita bahwa bulan Juni secara tradisional
kita arahkan bagi Hati Kudus Yesus, simbol iman kita. Namun demikian,
bukan hanya sekedar simbol saja, Hati Kudus Yesus merupakan juga suatu
motivasi bagi keberadaan kita, existensi kita. Melalui Hati Kudus Yesus,
kita banyak menerima. Menerima sumber hidup, keselamatan karena Hati
Kudus Yesus merupakan ungkapan dari belas kasih Allah yang mahaagung.
Belas kasih Allah yang membawa inkarnasi Yesus yang memberikan diri
sepenuhnya bagi kita manusia. Oleh karena realitas kasih Allah itulah,
yang memanggil kita untuk terus menerus meneladan Yesus.
Istilah “hati” itu terkait erat dengan pengalaman cinta, “Aku
mencintaimu sepenuh hati”. Demikian setiap orang yang sedang mencintai
berkata kepada orang yang dicintainya. Ia mencintai dengan sepenuh
dirinya, sepenuh hatinya. Dalam budaya kita dan dalam bahasa yang umum,
istilah “hati” mengandung suatu perasaan dan afeksi yang sangat dalam
berhubungan dengan relasi interpersonal atau antar pribadi. Oleh
karenanya, hati mempunyai suatu kesucian yang sungguh karena merupakan
simbol dari cinta, ungkapan dari intimitas manusia.
Namun demikian, Hati Kudus Yesus telah memberikan inspirasi kepada
kita akan arti cinta yang sesungguhnya. Untuk menggambarkan bagaimana
Hati Yesus yang Mahakudus yang begitu mencintai kita, saya sadurkan
kisah klasik dari Yunani tentang hubungan cinta antara Eros putra
Aphrodite (dewi cinta) dengan Psychè, putri seorang raja. Karena cemburu
akan kecantikan Psyché, Aprodite menyuruh putranya menghujamkan sebuah
panah tepat ke hati Psyché agar dia tidak mampu lagi memikat seorangpun.
Tapi, cinta bercerita lain. Eros pun jatuh cinta pada Psyhce dan lebih
memilih menyelamatkannya ke sebuah kuil. Eros malah yang ‘dihujam’
kesempurnaan si cantik Psyché. Begitulah mitos Yunani membahasakan
kemenangan cinta.
Bagai Eros yang akhirnya memilih mencintai Psyché walau sebenarnya ia
datang untuk mencelakainya, demikian kita berdosa tapi akhirnya memilih
mencintai Yesus karena terpikat oleh hatinya…. Hati-Nya yang terobek
dan darinya mengalir air dan darah, itulah hati Allah yang memberikan
kehidupan.
Hati Kudus Yesus adalah hati Allah sendiri, hati yang selalu memberi
tempat untuk kita, meskipun dilukai. Kita dipanggil sebagai orang
Kristiani untuk memiliki hati sesuci Tuhan, yang juga siap ‘dilukai’
oleh Tuhan. Memilih masuk ke kedalaman hati Tuhan, tak lain membiarkan
Dia juga masuk dalam kedalaman hati kita, dan ini pun tidak kurang
menyakitkan. Pasti sakit merelakan kehendak Tuhan yang terlaksana
daripada kehendak kita sendiri, pasti tidak mengenakkan jika kita
akhirnya memilih taat pada suara hati – di mana Tuhan bicara – daripada
membiarkan nafsu, pikiran pintas dan selera kita bekerja dan. Pesta Hati
Kudus Yesus serupa sebuah cermin, padanya kita berkaca melihat seberapa
kuat kita menanggung luka karena memilih mencintai, seberapa kuat kita
tangguh merangkuh dan merangkul orang yang melukai kita. Rasa ‘sakit’
karena memilih mencintai sebenarnya menyembuhkan luka yang disebabkan
musuh kita. Saliblah yang mengajarkan itu. Dan janganlah takut belajar
pada salib, pada hati kudus Yesus. Biarkanlah salib menikam hati kita,
melukai kita dengan pertimbangan-pertimbangannya, karena dengan itulah
kita menjadi matang dan sempurna sebagai seorang pribadi.
Hati Yesus yang mahakudus, kasihanilah kami orang berdosa. Ya Yesus yang lembut dan rendah hati, jadikanlah hati kami seperti hatiMu.
Hati Yesus yang mahakudus, kasihanilah kami orang berdosa. Ya Yesus yang lembut dan rendah hati, jadikanlah hati kami seperti hatiMu.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda