Wawancara dengan Prelat Opus Dei ini diterbitkan dalam Majalah
Italia "Studi Cattolici" pada bulan April yang lalu, ketika perayaan
beatifikasi Yohanes Paulus II sudah mendekat .
03/Desember/2011
Michele Dolz
Apakah kenangan Anda yang paling mengesankan tentang Paus Yohanes Paulus II?
Yohanes Paulus II menekankan bahwa setiap orang, pria atau wanita, akan
mencapai kesempurnaan penuh dalam penyerahan diri, dalam pengabdian diri
mereka kepada Tuhan dan sesama. Dan beliau sendiri telah mengabdikan
hidupnya demi Tuhan dan Gereja dengan kemurahan hati yang konstan dan
penuh pengurbanan. Perbedaan antara Bapa Paus yang kuat fisiknya pada
saat mengambil kemudi Gereja pada tahun 1978, dan Yohanes Paulus II yang
membungkuk di bawah beban keletihan dan penyakit pada tahun-tahun
terakhir hidupnya itu bukan saja tanda dari berjalannya waktu, tetapi
juga ukuran dari persembahan dirinya.
Saya pernah menemani Uskup Alvaro del Portillo ke apartemen kepausan
pada suatu petang hari. Ketika sedang menunggu kedatangan Bapa Paus,
kami mendengar langkah-langkah kaki orang yang berjalandi lorong menuju
tempat kami berada, seolah-olah orang itu menyeret kakinya. Ternyata
Bapa Suci sendirilah yang datang, sangat kelelahan . "Bapa Suci, Bapa
begitu lelah!" seru Don Alvaro. Bapa Paus menatapnya dan dengan suara
tegas tapi ramah, menjawab, "Jika pada jam-jam ini saya tidak lelah, itu
pertanda saya tidak memenuhi kewajiban saya".
Meskipun sulit untuk menyebutkan dengan singkat, apakah peninggalan Yohanes Paul II untuk Gereja?
Dia telah meninggalkan harta yang luar biasa bagi kita, yaitu ajaran dan
teladan cinta kasih pastoral. Saya ingin menekankan bahwa dalam masa
kepausan Yohanes Paulus II beliau telah memberi dorongan untuk karya
evangelisasi baru melalui kehidupan biasa, melalui umat yang aktif hadir
di semua bidang usaha manusia, dengan perilaku yang konsisten dengan
iman.
Mungkin inilah sebabnya beliau dapat memahami Opus Dei, yang semangatnya tidak lain adalah penyucian dan karya kerasulan dalam kehidupan sehari-hari.
Saya ingin menjelaskan bahwa para anggota Opus Dei menghormati dan
berterima kasih kepada semua Bapa Paus, karena semua Paus bekerja demi
kebaikan seluruh Gereja universal dan karena Bapa Paus, dari Pius XII
sampai Bapa Paus sekarang ini, adalah karunia Penyelengaraan Ilahi bagi
pengembangan kerasulan Opus Dei. Namun, dengan Yohanes Paulus II kami
berhutang budi secara khusus, karena pada masa kepausannya banyak
peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Opus Dei, antara lain
ditentukannya bagian Gereja ini menjadi prelatur pribadi, beatifikasi
dan kanonisasi St Josemaria, dan berdirinya Universitas Pontifikal Salib
Suci.
Memang Bapa Paus memandang Opus Dei sebagai sarana yang efektif untuk
karya evangelisasi melalui kehidupan sehari-hari, tetapi beliau tidak
menyayangi Opus Dei saja. Yohanes Paulus II benar-benar adalah Paus
untuk setiap orang, seorang Bapa yang peka terhadap semua yang datang
dari karisma Roh Kudus. Saya rasa, dengan Sri Paus Yohanes Paulus II
jutaan orang merasa dirinya seperti "putra dan putri favoritnya." Dan
umat anggota Opus Dei pun merasakan ini, dengan sukacita dan syukur
setiap hari.
Apakah Yohanes Paulus II kenal Opus Dei sebelum menjadi Paus?
UNIV 1979
Dalam Konsili Vatikan II, beliau diperkenalkan, di Aula Dewan, kepada
Don Alvaro del Portillo. Tetapi tidak ada kontak lagi sampai tahun 1971,
ketika Kardinal muda dari Krakow, Karol Wojtyla, yang berada di Roma
untuk sinode para uskup, menghadiri sebuah konferensi yang
diselenggarakan oleh CRIS, Centro Romano d'Incontri Sacerdotali,
dengan bantuan beberapa imam Opus Dei. Pada kesempatan itu beliau
diminta untuk mengadakan wawancara tentang imamat untuk sebuah majalah
CRIS, karena sangat menarik mendengar suara seorang uskup yang hidup
menderita di bawah tirani Komunis. Beliau menulis pertanyaan-pertanyaan
dan beberapa minggu kemudian mengirim tiga puluh satu halaman tulisan
tangan dalam bahasa Polandia. Pada awal setiap halaman kertas itu - yang
kualitasnya sangat buruk- beliau menulis doa-doa singkat, Totus Tuus, dan beberapa ayat yang diambil dari Sequentia Roh Kudus: Veni Sancte Spiritus ... Dulce refrigerium ... In labore requies ... O lux beatissima ... Reple Cordis intima ...
Pada tahun 1974 CRIS mengundang beliau untuk memberi ceramah dalam suatu konferensi yang berjudul: MeluhurkanManusia dan Kebijaksanaan Kristiani Topik yang dibahas oleh Kardinal Wojtyla adalah Evangelisasi dan Kehidupan Batin Manusia.Ceramah
itu sangat dalam, dan pada akhirnya ada referensi pada ungkapan Santo
Josemaria Escriva de Balaguer tentang cara memenuhi dunia dengan damai
Kristus: "menguduskan pekerjaan, menguduskan diri dalam pekerjaan, dan menguduskan orang lain melalui pekerjaan."
Teks ini kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku bersama dengan
ceramah-ceramah lainnya. Ketika beliau menjadi PausYohanes Paulus II
kadang-kadang beliau memberi buku ini sebagai hadiah kepada orang-orang
yang mengunjunginya.
Empat tahun kemudian, Kardinal Wojtyla datang ke Villa Tevere, rumah
pusat Opus Dei, untuk makan siang dengan Don Alvaro. Makan siang bersama
antar teman. Setelah itu, kami pergi ke kapel untuk Kunjungan kepada
Sakramen Mahakudus. Kardinal Woytyla berlutut di bangku dari kayu yang
ada di sana. Bangku ini adalah sebuah reliki karena pernah digunakan
oleh Pius VII dan St Pius X, dan oleh St Josemaria juga. Bangku itu
diberikan oleh kerabat St Pius X kepada St Josemaria sebagai hadiah.
Ketika Don Alvaro menyebut hal ini, Kardinal Wojtyla segera turun dari
bangku itu dan berlutut di lantai setelah mencium reliki itu. Gerakan
spontan, ungkapan kerendahan hatinya ini, tidak pernah saya lupakan.
Beliau sangat menyayangi Don Alvaro, terutama setelah terpilih menjadi
Paus. Kiranya orang-orang suci dapat memahami satu sama lain dengan
baik.
Dapatkah Anda menceritakan tentang pertemuan pertama Anda dengan Paus yang baru?
Pertemuan pertama terjadi dengan tak terduga pada hari setelah
pemilihannya sebagai Paus, pada tanggal 17 Oktober 1978. Uskup Andrea
Deskur, seorang uskup Polandia yang pada saat itu adalah Presiden Dewan
Pontifikal untuk Komunikasi Sosial, seorang teman baik Don Alvaro, dan
teman akrab Karol Wojtyla dari masa muda mereka, sedang dirawat di Rumah
Sakit Gemelli akibat terserang stroke beberapa hari sebelumnya.
Pada hari Paus terpilih, Don Alvaro menelepon Uskup Deskur. Dia tidak
berani memberi tahu berita baik itu secara langsung, agar tidak
memprovokasi emosi yang mungkin berbahaya bagi Uskup Deskur. Don Avaro
membatasi diri dengan bertanya : "Andrea, apakah Anda tahu siapa yang
telah terpilih sebagai Paus" Deskur menjawab: "Tidak ada pilihan yang
lebih tepat." Dan dia menambahkan: "Besok saya akan bertemu dengan
beliau." Don Alvaro berpikir mungkin pasien ini sedikit mengigau:
bagaimana mungkin Paus yang baru saja terpilih itu keluar dari Vatikan?
Keesokan harinya Don Alvaro pergi mengunjungi temannya, Uskup Deskur.
Saya pergi dengan Don Alvaro. Ketika kami akan keluar dari kamar Uskup
Deskur, kami sangat heran karena diminta untuk menunggu di suatu sudut
bersama dengan sekelompok orang. Ternyata Bapa Paus baru saja tiba dan
pintu keluar dari lantai itu telah diblokir. Lebih mengherankan lagi
melihat Yohanes Paulus II berjalan menuju pada Don Alvaro dan
memeluknya. Don Alvaro sebagai seorang anak (dari Bapa Paus) merasa
sangat terharu dan ketika ia mencium cincin Bapa Paus, ia melihat bahwa
Paus memegang rosario di tangannya.
Hari-hari awal pemerintahan Paus yang baru biasanya sangat padat. Kami
tidak pernah membayangkan bahwa kami dapat bertemu dengan Bapa Paus
begitu sering. Misalnya, Don Alvaro pernah pergi berkunjung ke Gereja La
Mentorella, dekat ke Roma, untuk mempercayakan Bapa Paus yang baru ini
dalam perlindungan Bunda Maria. Dan di sana, bersandar di kap mobil, Don
Alvaro menulis sebuah kartu pos kepada Yohanes Paulus II di mana ia
menyatakan keinginannya untuk mendukung Paus dengan doanya. Don Alvaro
juga menyerahkan lebih dari enam puluh ribu Misa yang setiap setiap hari
dipersembahkan oleh umat Opus Dei untuk intensi Pimpinan Opus Dei.
Inilah,katanya, dukungan terbesar yang dapat ia berikan kepada Bapa
Paus. Beberapa hari kemudian Don Alvaro menerima telepon dari Bapa Paus
sendiri. Bapa Suci ingin mengucapkan terima kasih atas perhatiannya,
dan dari nada suaranya, kami dapat menangkap rasa syukur yang mendalam
atas harta kekayaan yang telah diserahkan kedalam tangannya, yang
mencerminkan cinta Bapa Paus yang besar terhadap Ekaristi.
Pada tanggal 28 Oktober, Yohanes Paulus II menerima Don Alvaro untuk
pertama kalinya secara informal. Don Joaquin Alonso dan saya sendiri
juga hadir, dan kita dapat menyaksikan bagaimana Paus mendengarkan
dengan penuh perhatian dan kasih sayang apa yang diceritakan oleh Don
Alvaro. Saya ingat Bapa Paus berkata dengan penuh kepercayaan sambil
memukul-mukul meja dengan tinjunya, bahwa Gereja akan mampu mengatasi
semua kesulitan dengan bantuan Bunda Maria, yaitu opus Dei, karya Tuhan yang pertama,
karya Tuhan yang paling penting.Don Alvaro mengatakan bahwa ia juga
berharap demikian. Juga pada kesempatan itu, Don Alvaro bercerita bahwa
karena adanya Sede Vacante dengan wafatnya Yohanes Paulus I yang
tak terduga, Don Alvaro belum menerima surat dari Paus (yang wafat) -
yang sebelumnya adalah Patriark Venesia- yang sebenarnya akan dikirim
untuk ulang tahun Opus Dei yang kelimapuluh . Don Alvaro juga
menambahkan bahwa Paus Yohanes Paulus I sungguh-sungguh mengerti bahwa
Opus Dei sebenarnya bukan sebuah institut sekulir. Oleh karena itu,
beliau ingin menemukan solusi yuridis yang tepat untuk Opus Dei.
Mengenai surat itu, Yohanes Paulus II berkata: "La facciamo!"Kami akan menulisnya!.
Pada tanggal 5 Desember tahun itu, Don Alvaro memberitahu Bapa Paus
bahwa ia telah menyiapkan hadiah tradisional Polandia bagi Bapa Paus,
yaitu buah jeruk. Orang Polandia biasanya memberi buah jeruk sebagai
hadiah pada Hari Pesta St Nikolas, tanggal 6 Desember. Paus heran bahwa
Don Alvaro tahu tentang kebiasaan itu dan mengundang don Alvaro untuk
bertemu pada hari berikutnya. Dengan buah-buah jeruk, kami juga membawa
buku karya St Josemaria untuk Bapa Paus, dan beliau menaruh buku-buku
ini di kantor di mana beberapa asistennya bekerja membantu menyusun
khotbahnya.
Pertemuan-pertemuan yang tidak di rencanakan ini khas Yohanes Paulus II. Caraberhubungan dengan umat yang direk ini pada mulanya membuat orang heran. Tetapi apa ada juga pertemuan-pertemuan resmi dengan Bapa Paus?
Tentu saja, antara lain karena kami juga ingin mengajukan permintaan
kepada Bapa Suci -seperti yang telah saya sebutkan tadi- untuk
menyelesaikan perjalanan kanonik Opus Dei. Bapa Paus Paulus VI juga
telah menyambut permintaan ini pada audiensi pertama untuk Don Alvaro
del Portillo. Dan kemudian, Yohanes Paulus II benar-benar mengambil
langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Saya juga memiliki sebuah kenangan yang sangat menyenangkan dari
bulan-bulan pertama (Kepausan Yohanes Paulus II). Pada hari pesta Tiga
Raja tahun 1979, Pengganti Bapa Paus untuk Keusukupan Agung Krakow
(Polandia), Uskup Agung Marcharski akan ditahbiskan di Basilika Santo
Petrus. Bapa Suci ingin merayakan upacara pentahbisan itu di altar
Pengakuan (Altar Utama Basilika Santo Petrus), tetapi orang-orang
menyarankan bahwa lebih baik upacara itu diselenggarakan di altar
'Cathedra', karena sulit untuk mengisi seluruh Basilika yang besar itu
jika pentahbisan dilaksanakan di altar utama. Dan jika umat yang hadir
hanya sedikit, kelihatannya agak canggung.
Saya tidak tahu siapa yang mengusulkan kepada Bapa Paus untuk
menghubungi Don Alvaro, supaya mendorong para umat untuk menghadiri
pentahbisan uskup itu. Pada waktu itu kami sedang dalam perjalanan
pastoral di berbagai negara Eropa. Di Swiss kita menerima berita ini
dari Roma. Seperti pada kesempatan lain apabila Don Alvaro menerima
permintaan dari Sri Paus, dengan segera ia mengerahkan tenaganya untuk
memobilisasi para anggota Opus Dei dan supaya mereka semua mengundang
teman-teman untuk memenuhi Basilika Santo Petrus. Dan Basilika itu
benar-benar penuh. Don Alvaro sendiri tidak hadir dalam upacara
tersebut, karena ia ingin mengarahkan cinta kasih mereka yang hadir
kepada Bapa Paus Yohanes Paulus II dan Uskup Agung yang baru. Pada
akhir perayaan pentahbisan itu, Sri Paus mengungkapkan rasa terima
kasih kepada Opus Dei. Dan untuk pertama kalinya seorang Paus membuat
referensi pada Opus Dei di depan umum di Basilika Santo Petrus.
Adakah kesempatan-kesempatan lain di mana Paus mengandalkan bantuan anggota Opus Dei untuk memobilisasi banyak orang?.
Terutama pada awal masa kepausannya. Sesudah itu Bapa Suci juga bisa mengandalkan dukungan dari anak-anak lainnya yang setia.
Saya ingat bahwa Yohanes Paulus II ingin, sejak dari permulaan,
merayakan Misa untuk para mahasiswa di Basilika St Petrus, seperti yang
pernah dilakukannya di Krakow. Kami berusaha membantu Bapa Paus untuk
melaksanakan tradisi itu. Don Alvaro menyarankan untuk mencetak undangan
pribadi yang akan mencakup, selain informasi tentang Misa, juga jam-jam
pengakuan dosa di Basilika St Petrus, dan Don Alvaro pun mengundang
puluhan bapa pengakuan untuk membantu. Inisiatif ini ternyata menjadi
sukses besar.
Pada salah satu undangan untuk makan siang dengan Paus di apartemen
kepausan, Don Alvaro berbicara tentang pentingnya pengakuan dosa untuk
membantu para umat bertemu lagi dengan Tuhan, dan mendorong para imam
dan umat awam untuk mengambil bagian dalam kerasulan ini. Untuk
menjelaskan lebih lanjut, Don Alvaro menyebut hasil yang memuaskan dari
kerasulan ini dengan menceritakan anekdot dari seluruh dunia. Yohanes
Paulus II, dengan senyum menunjukkan persetujuannya dan berkata: "Anda
mengingatkan saya pada para imam baik dan bersemangat dari masa muda
saya, yang dengan cara itu mencurahkan hidup mereka untuk melayani
jiwa-jiwa yang mereka cintai dengan sepenuh hati." Pada kesempatan lain,
dalam percakapan tentang topik yang sama, Paus berbicara tentang umat
Opus Dei, baik awam maupun imam, "Anda memiliki karisma Pengakuan”.
Bapa Paus juga menyebut hal ini kepada orang lain jika beliau berbicara
tentang Opus Dei, dan orang-orang itu bercerita kepada kami.
Saya dapat membayangkan bahwa hal yang serupa juga terjadi dalam kunjungan-kunjungan Paus Yohanes Paulus II keseluruh dunia, di mana ada anggota Opus Dei.
Di mana-mana di seluruh dunia, para umat anggota Opus Dei, dan umat
Katolik lainnya, sudah sewajarnya menunjukkan kasih sayang dan dukungan
mereka kepada Bapa Paus. Sri Paus tahu bagaimana mengambil hati semua
orang, maka di seluruh dunia, beliau disambut dengan kasih sayang dan
antusiasme.
Pada tahun-tahun pertama masa kepausannya, tahap terakhir untuk pengesahan Opus Dei sebagai sebuah Prelatur Pribadi dituntaskan. Apakah Anda dapat bercerita tentang ini ?
Baik Paulus VI maupun Yohanes Paulus I sudah menyatakan niat mereka
untuk menyelesaikan perjalanan hukum Opus Dei, namun Tuhan memanggil
mereka sebelum mereka dapat melaksanakan rencana ini. Yohanes Paulus II
menaruh perhatian sejak awal mula. Dia menyerahkan studi mengenai hal
ini ke tangan Kardinal Sebastiano Baggio, Prefek Kongregasi untuk Uskup,
dan dibentuklah suatu komisi "paritetic" (campuran) , terdiri dari para
ahli Hukum Kanonik dari Takhta Suci dan dari Opus Dei. Paus mengikuti
semua langkah-langkah dengan seksama, dan mengetahui segalanya dengan
baik. Detail-detail teknis kanonis pun dikenalnya dengan baik. Dalam hal
ini saya ingin menonjolkan perhatian Yohanes Paulus II sebagai seorang
bapa pada proses juridis tersebut. Sekaligus, beliau juga memberi
kebebasan penuh kepada para pakar hukum kanonik yang mempelajari semua
soal-soal yang berkaitan. Beliau juga seorang bapa yang baik- tidak saja
bijaksana-dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang timbul karena
beberapa uskup mengajukan keberatan yang dapat dimengerti karena hal ini
berkaitan dengan suatu badan hukum kanonik baru. Beliau sendiri
mengawasi penelitian ini dan memastikan supaya semua keberatan
dipelajari dan di selesaikan dengan baik.
Sampai sejauh mana Yohanes Paulus II ikut campur dalam pemerintahan Opus Dei? Apakah dia memberi saran-saran?
Yang paling penting, jelaslah, dengan menetapkan Opus Dei sebagai sebuah
prelatur pribadi, suatu kebijaksanaan di mana beliau menempatkan Bagian
Gereja ini, yang terdiri dari umat awam dan para imam, pria dan wanita
dari semua lapisan masyarakat, di bawah wewenang/yurisdiksi seorang
Prelat sehingga -juga para imamnya- dapat melayani Gereja universal
dengan baik, dalam persekutuan dengan gereja-gereja setempat. Dia juga
menyarankan kepada Prelat Opus Dei beberapa inisiatif apostolik, karena
beliau sangat yakin akan efektivitas kerasulan pribadi dari setiap
anggota Opus Dei dan juga orang-orang - dari semua bidang sosial- yang
mengambil bagian dalam kegiatan kerasulan Opus Dei .
Karena permintaan tertulis dari Sri Paus, seminari internasional Sedes Sapientiae
didirikan di Roma untuk membina para imam yang kemudian dapat
melaksanakan tugas pembinaan di seminari-seminari di seluruh dunia,
termasuk di negara-negara yang baru saja memperoleh kebebasan setelah
masa penguasaan Soviet.
Yohanes Paulus II mulai berbicara tentang evangelisasi baru
setidak-tidaknya sejak awal 1981, tetapi baru pada tahun 1985 beliau
memberi dorongan yang kuat untuk memprioritaskan karya pastoral ini,
terutama di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, dimana
gejala-gejala sekularisme berkembang sangat mengkhawatirkan. Sebuah
tanggal simbolis adalah 11 Oktober 1985, hari Bapa Suci menutup sebuah
Sinode Uskup luar biasa yang diadakan di Roma. Bapa Paus mengundang
seluruh Gereja untuk memperbarui karya misionaris. Dalam percakapan
dengan Prelat Opus Dei, Yohanes Paulus II menekankan bahwa ini adalah
prioritasnya. Don Alvaro segera menyediakan dukungan untuk karya ini,
dan dalam surat pastoral tanggal 25 Desember pada tahun yang sama Don
Alvaro mendorong semua umat Opus Dei untuk berkerja sama dengan segenap
tenaga dalam melaksanakan tugas ini, yang sangat penting di
negara-negara Eropa ‘Tua’, Amerika Serikat dan Kanada.
Sejak saat itu, ia melipatgandakan usaha pastoralnya ini dengan
mengunjungi negara-negara Eropa. Antara tahun 1987 dan 1990 ia
mengembangkan upaya ini ke Asia dan Oceania, Amerika Utara dan Afrika.
Bapa Paus mengundang Don Alvaro untuk memulai kegiatan Opus Dei di
negara-negara Skandinavia. Dan, tentu saja, di Polandia. Sri Paus
menegaskan bahwa sangat penting mewartakan manfaat pembinaan rohani
pribadi kepada umat di Polandia. Sri Paus tahu bahwa ini dipraktikkan
dengan tekun dalam Opus Dei.
Paus terus mendorong Don Alvaro untuk mendukung misi evangelisasi ini
dengan semangat Opus Dei – dan beliau juga mendorong saya- sampai akhir
hayatnya. Pada tanggal 13 Januari 1994, Sri Paus berkenan menerima
Prelat Opus Dei dalam audiensi untuk memberi informasi tentang
perkembangan karya kerasulan umat Opus Dei dan inisiatif-inisiatif yang
sedang direncanakan. Paus menekankan kebutuhan yang besar untuk terus
berusaha mendukung misi evangelisasi baru dalam masyarakat. Sepulang
dari audiensi itu Don Alvaro dengan penuh semangat dan dengan kesadaran
baru terus menghayati -seperti St Josemaria- persatuan penuh dengan
pengganti Santo Petrus dan dengan para uskup.
Dalam audiensi-audiensi itu, Paus memberi berbagai saran dan semangat
untuk meneruskan usaha kerasulan (Opus Dei) yang sudah berlangsung.
Seperti misalnya, beliau menyarankan agar karya kerasulan dengan kaum
intelektual dilaksanakan secara mendalam untuk mendorong pekerjaan
intelektual dan menunjukkan kepada mereka bahwa iman dan akal budi tidak
berjalan di jalur yang terpisah, apalagi di jalur yang bertentangan.
Yohanes Paulus II berpendapat bahwa kaum intelektual adalah orang-orang
penting untuk karya evangelisasi baru, dan beliau menghendaki mereka
diberi pelayanan pastoral khusus. Sri Paus juga menganggap sebagai suatu
prioritas, karya evangelisasi dengan orang-orang yang memiliki tanggung
jawab dalam bidang politik dan ekonomi, karena ini adalah cara paling
efektif untuk memperbaiki situasi setiap orang, terutama orang-orang
yang tidak mampu. Beliau juga mendorong umat Opus Dei dan orang-orang
yang bekerja di sekolah bisnis, kata beliau, " Jika mereka yang
mengambil mata kuliah ini menjadi orang Kristiani (sejati) dan bertobat,
maka akan lebih mudah untuk memberantas kemiskinan."
Dan apakah Don Alvaro pernah memberi saran kepada Paus tentang Gereja?
Pada beberapa kesempatan, Bapa Suci meminta pendapatnya. Pada akhir
tahun 1978, ketika Paus mempertimbangkan kemungkinan pergi ke Meksiko
untuk pertemuan Konferensi Wali Gereja untuk Amerika Latin, CELAM,
(masa itu adalah masa yang rawan dan rumit), Paus berkata kepada Don
Alvaro, di hadapan orang lain, bahwa beliau telah mendengar berbagai
pendapat tentang masalah ini dan Sri Paus ingin mendengar pendapatnya.
Dengan penuh kesederhanaan, Don Alvaro menyarankan agar beliau
melaksanakan perjalanan itu, karena itu akan membawa kebaikan yang besar
untuk Gereja di Meksiko, di Amerika Latin, dan di seluruh dunia. Dari
nada suara don Alvaro jelaslah bahwa menurut Don Alvaro, apa pun
keputusan Paus, itulah yang terbaik Perjalanan Bapa Paus (ke Meksiko)
dilaksanakan dengan hasil yang luar biasa seperti yang sudah kita
ketahui. Tentu saja, Paus pasti juga berkonsultasi dengan orang lain dan
dengan kantor-kantor Kuria Romawi.
Setelah perjalanan ke Meksiko beliau mengundang kami untuk makan siang
dan beliau bercerita banyak tentang kunjungannya itu dengan
gembira. Bapa Suci tidak berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi
tentang iman dan tanggapan umat Meksiko atas kunjungan penerus Santo
Petrus.
Beberapa kali Don Alvaro menyarankan agar Yohanes Paulus II menulis
surat atau anjuran tentang St Yosef untuk mendorong devosi umat dan
meminta perlindungan St Yosef atas Gereja. Don Alvaro sangat bersuka
cita ketika Anjuran Apostolik Redemptoris Custos (tentang St Yosef) diterbitkan pada 15 Agustus 1989.
Saya ingat saran lain yang berkaitan dengan kesalehan. Kami mengundang
seorang pastor Spanyol, Mgr. Pedro Altabella, kanon dari Basilika Santo
Petrus, untuk makan siang bersama,. Selama makan siang itu, antara lain
kami berbicara tentang adorasi Sakramen Mahakudus di beberapa gereja
yang telah membawa manfaat besar bagi jiwa-jiwa. Kemudian, Don Jaquin
Alonso mengusulkan, alangkah baiknya jika di Basilika Santo Petrus
dapat dimulai adorasi juga. Don Alvaro memberi dukungan kuat pada saran
ini dan Mgr Pedro menerima saran itu dengan baik dan berkata bahwa ia
akan membawa ide ini in altissimis, ke tingkat
tertinggi.Dalam waktu singkat adorasi Ekaristi di Basilika Vatikan
dimulai dan telah menghasilkan buah yang luar biasa. Ini terjadi pada
tahun 1981.
Semua ini mencerminkan hubungan yang sangat baik dengan Sri Paus.
Yohanes Paulus II berulang kali mengungkapkan kasih sayangnya sebagai
seorang bapa - terlalu panjang untuk mengingat semuanya di sini.
Tetapi, yang saya ingat sekarang adalah ulang tahun Don Alvaro yang ke
70 tanggal 11 Maret 1984. Don Alvaro menerima gambar Bunda Maria dari
Czestochowa dari Paus dengan ucapan penuh kasih sayang dalam tulisan
tangan Paus sendiri.
Saya rasa semua orang yang pernah berhubungan dekat dengan Yohanes
Paulus II dapat menyaksikan beliau adalah orang yang penuh kasih sayang
terhadap orang lain.
Apakah Sri Paus pernah mengunjungi suatu rumah Opus Dei?
Dalam rencana kunjungan pastoral ke paroki-paroki di Roma, beliau
mengunjungi tiga gereja Paroki yang telah diserahkan kepada Opus Dei dan
beliau pun mengunjungi rumah-rumah Opus Dei yang mengurus gereja paroki
tersebut.
Mungkin anekdot yang paling menarik adalah dari masa ketika beliau masih
sehat. Sri Paus pergi beberapa kali ke sebuah rumah konferensi Opus Dei
di Abruzzo (Italia), yang bernama Tor d'Aveia. Rumah itu terletak di
lereng gunung dan dari situ dengan mudah dapat pergi berjalan-jalan atau
bahkan bermain ski. Tentu saja Bapa Paus kadang-kadang juga perlu
bersantai dan di sana beliau dapat beristirahat tanpa menarik perhatian
orang. Tor d'Aveia kira-kira sejauh 1,5 jam perjalanan dengan mobil
dari Roma, dan beliau dapat melakukan perjalanan ini tanpa diketahui
orang. Itu adalah kesempatan baik bagi Sri Paus untuk beristirahat. Para
wanita Opus Dei yang bertugas mengurus rumah Opus Dei itu dapat bertemu
dan bericara dengan Bapa Paus dan sekretarisnya, tetapi mereka tidak
pernah menceritakan ini kepada siapa pun, supaya Bapa Paus tidak
terganggu. Don Alvaro hanya sekali pergi ke sana untuk menyambut beliau.
Yohanes Paulus II juga pernah pergi ke rumah konferensi lain di
Ovindoli, tidak jauh dari Tor d'Aveia dan dekat dengan tempat main ski.
Anda sering diundang makan di kediaman Paus. Apa saja yang Anda bicarakan pada kesempatan itu?
Tentang aneka ragam topik dalam konteks informal: situasi Gereja, kerasulan umat Opus Dei di berbagai negara, dll
Pada salah satu kesempatan Sri Paus memberi Don Alvaro buku Perjanjian
Baru edisi kecil yang kemudian ia gunakan dalam perjalanannya, terutama
untuk selalu mengingat Bapa Paus. Selain itu ia tidak menggunakan buku
ini karena ukuran hurufnya sangat kecil.
Apakah Anda memiliki kenangan yang berhubungan dengan peristiwa Bapa Paus ditembak pada tahun 1981?
Pada saat itu kami sedang bermusyawarah dengan Dewan Penasihat Opus Dei
bagian Wanita. Begitu kami mendengar kabar itu, Don Alvaro menginterupsi
rapat dan kami segera pergi ke Rumah Sakit Gemelli. Don Alvaro diundang
oleh Mgr. Angelini sehingga dapat bergabung dengan beberapa anggota
Kuria pada waktu para dokter menjalankan operasi pada Bapa Suci.
Don Alvaro segera meminta seluruh Opus Dei untuk berdoa bagi Paus. Kami
sering pergi ke Rumah Sakit Gemelli, meskipun tahu kami tidak dapat
mengunjunginya. Tetapi kami ingin berdoa baginya dan berada dekat
dengannya secara fisik.
Untuk perjalanan Paus ke Meksiko (tahun 1979), Don Alvaro memberi Sri
Paus sebuah tape cassette dengan lagu-lagu Meksiko, yaitu lagu-lagu
cinta yang sering dinyanyikan para umat kepada Bunda Maria dari
Guadalupe. Ketika untuk pertama kalinya kami diizinkan untuk mengunjungi
Bapa Suci di rumah sakit, beliau sedang mendengarkan lagu-lagu itu dari
'cassette player'. "Lagu-lagu ini membantu saya untuk berdoa," katanya.
Kami tidak diberitahu terlebih dahulu bahwa kami dapat bertemu dengan
Bapa Paus,tetapi Paus sendirilah yang meminta supaya kami dibawa ke
kamarnya. Don Alvaro meletakkan tangannya di lengan Bapa Paus dengan
penuh kasih seorang anak, dan karena itu, ia tahu bahwa Sri Paus sedang
menderita demam yang sangat tinggi. Kunjungan itu sangat singkat, tetapi
kami dapat merasakan bahwa seluruh Gereja berdoa bagi Petrus (Bapa
Paus), sama seperti zaman dulu di Yerusalem, dan bahwa Petrus telah
mempersembahkan segalanya (kepada Tuhan) sebagai kurban bagi Gereja
Kristus.
Kami belum membahas apa-apa tentang beatifikasi dan kanonisasi St Josemaria, yang dilaksanakan oleh Yohanes Paulus II.
Paus sangat senang mengangkat Pendiri Opus Dei ke altar. Seperti yang
Anda ingat, sebelum beatifikasi Pendiri Opus Dei pada tahun 1992, banyak
kesalahpahaman yang muncul dan mengakibatkan kontroversi. Itu semua
adalah karya iblis untuk menghambat - kata Yohanes Paulus II setelah
upacara beatifikasi- suatu "manifestasi iman yang besar." Ketika
upacara beatifikasi berakhir, Yohanes Paulus II sendiri mengungkapkan
kegembiraannya melihat beribu-ribu umat bersatu dalam doa yang khusuk,
dan beliau berkata kepada Don Alvaro waktu mereka berjalan berdampingan
menuju ke Basilika Santo Petrus: "Sekarang saya mengerti mengapa
grup-grup sektarian tidak menghendaki manifestasi iman ini terjadi".
Paus menambahkan bahwa beliau sangat bersyukur kepada Tuhan atas
kesempatan merayakan upacara itu, di mana beliau juga mengangkat Suster
Bakhita, seorang biarawati Canossia, sebagai beata, karena suster ini
telah membawa perhatian dunia ke situasi Gereja yang tragis di Sudan.
Singkatnya, apa yang terjadi dan telah tercantum dalam sejarah (tentang
beatifikasi dan kanonisasi) adalah hasil-hasil yang baik dari devosi
kepada St Josemaria dalam Gereja. Dan Bapa Paus mengetahuinya dengan
baik.
Dalam upacara kanonisasi itu, Bapa Paus menyebut St Josemaria " Santo
kehidupan sehari-hari," selaras dengan harapan beliau untuk
mengevangelisasi masyarakat melalui kehidupan sehari-hari: di gereja
domestik yaitu setiap keluarga, dalam pekerjaan, olahraga dan lingkungan
sosial.
Yohanes Paulus II sendiri juga telah menjadi sasaran kritik. Bagaimana Bapa Paus menghadapi oposisi ini?
Sri Paus sangat supranatural dan memanggul salib ini dengan senang hati.
Selain itu, tekadnya sangat kuat dan terus bergerak maju demi kebaikan
Gereja. Don Alvaro pernah berkesempatan berdoa rosario bersama dengan
Paus, disertai sejumlah orang lain. Pada kesempatan itu Ibu Teresa dari
Kalkuta juga ada di sana. Ketika doa berakhir, Sri Paus memperkenalkan
Don Alvaro kepada Ibu Teresa, yang berterima kasih pada Don Alvaro atas
pelayanan imam-imam Opus Dei kepada biarawati dari tarekatnya di seluruh
dunia. Kemudian Paus, setengah bercanda dan setengah serius, berkata:
"Ibu, mengapa begitu banyak kritik ditujukan pada Paus dan Opus Dei
sementara semua orang mengatakan hal-hal yang baik saja tentang Ibu
Teresa?" Dan Ibu Teresa menanggapi dengan ketulusan yang besar: "Doakan
saya, supaya saya menjadi rendah hati."
Yohanes Paulus II juga pergi berdoa dihadapan jenazah Don Alvaro pada
hari wafatnya. Dapatkah Anda bercerita tentang saat-saat itu?
Pada tanggal 11 Maret 1994, ulang tahun ke-80nya, Don Alvaro menerima
sebuah foto dari Yohanes Paulus II dengan tulisan tangannya sendiri di
foto itu: "Kepada yang terhormat dan tercinta saudara kami Alvaro del
Portillo, yang bersyukur kepada Allah merayakan ulang tahunnya yang
kedelapan puluh.Sebagai ungkapan penghargaan saya untuk pengabdiannya
yang setia dalam melayanani Gereja, dan dengan memohon rahmat surgawi
yang berlimpah,semoga pelayanannya terus berlanjut selama bertahun-tahun
dan menghasilkan buah yang berlimpah, saya memberi berkat apostolik
khusus dan penuh kasih sayang, juga untuk semua imam dan umat awam dari
Prelatur Opus Dei. "
Pada malam tanggal 22 Maret 1994, kami baru saja kembali dari ziarah ke
Tanah Suci, dan beberapa jam kemudian, pada dini hari tanggal 23, Prelat
Opus Dei dipanggil Tuhan. Saya memberitahu Mgr. Stanislaw Dziwisz,
sekretaris pribadi Yohanes Paulus II sekitar jam 6.30 pagi. Don
Stanizlaw berkata beliau akan memberitahu Bapa Suci dan mereka akan
berdoa untuk arwah Prelat Opus Dei dalam Misa Kudus. Kami sangat gembira
ketika kepala rumah tangga kepausan, Mgr Monduzzi menelepon kami pada
jam 10 pagi untuk memberitahu bahwa Bapa Suci ingin datang sore hari itu
untuk berdoa dihadapan jenazah Don Alvaro .
Saya tidak perlu berbicara banyak tentang kunjungan ini, tapi saya
hanya ingin menekankan perhatian Yohanes Paulus II. Dia bertanya kapan
dan di mana Don Alvaro merayakan Misa Kudus terakhir kalinya, karena Sri
Paus tahu ia baru saja kembali di Roma hari sebelumnya. Ketika saya
berkata, ‘pukul sebelas pagi di senakel’, saya terkejut melihat reaksi
Paus yang dengan cepat menghitung waktu yang telah berlalu antara jam
Misa dan jam Don Alvaro meninggal dunia. Pada akhir kunjungannya saya
mengucapkan terima kasih atas kunjungan yang luar dari biasa itu,tetapi
Paus menghentikan ucapan saya dan berkata, "Ini kewajiban saya, ini
kewajiban saya."
Dan setelah Anda ditunjuk sebagai Prelat pada tahun 1994, apakah Anda memiliki hubungan yang sama dengan Yohanes Paulus II?
Bapa Paus tetap seperti seorang bapa (terhadap kita) dan selalu penuh
kasih sayang. Misalnya, beliau sendiri menelepon saya untuk memberitahu
bahwa saya telah ditunjuk sebagai Prelat Opus Dei. Beberapa kali saya
bertemu dengan Bapa Paus untuk melaporkan perkembangan karya kerasulan
Opus Dei dan saya dapat menyaksikan kegembiraannya. Beberapa bulan
sesudah saya ditunjuk sebagai Prelat, beliau mentahbiskan saya sebagai
uskup. Sesudah tahun 2000 Bapa Paus menderita sakit, namun beliau tetap
berkenan menerima saya dalam audiensi secara teratur untuk mendengar
berita-berita tentang kegiatan kerasulan Opus Dei di seluruh dunia. Tiga
hari setelah Paus wafat, saya pergi dengan Don Joaquin Alonso untuk
berdoa dihadapan jenazah beliau di Basilika Santo Petrus, dan untuk
menemui Don Stanislaw, yang telah mengundang kita untuk berdoa di kapel
pribadinya dan kemudian mengajak kita untuk pergi ke teras istana
apostolik. Beliau ingin menunjukkan kepada kami arus massa yang datang
untuk memberikan penghormatan terakhir kepada bapa Paus dan pemancar
televisi dari seluruh dunia yang telah dipasang di sekitar Lapangan
Santo Petrus. Tak lama setelah itu, Don Stanslaw memberikan salah satu
jubah Yohanes Paulus II kepada saya, untuk disimpan sebagai reliki.